Selingkuh Membawa Nikmat
Hari-hari belakangan ini saya melihat sebuah kecendrungan bahwa selingkuh ternyata sudah menjadi bagian dari kehidupan orang-orang di Indonesia yang katanya sangat kuat memegang budaya timur dan religius. Hal ini dapat dengan mudah kita jumpai pada berbagai acara ‘reality show’ di beberapa station TV Swasta Nasional.
Selain itu pada realita kehidupan saya sendiri tepatnya dikehidupan sekeliling saya Realita/ fakta ini tidak bisa disangkal. Baik selingkuh yang dilakukan oleh pasangan yang sudah terikat pernikahan (suami/istri), maupun perselingkuhan yang dilakukan oleh pacar.
Acara-acara televisi pun seakan berlomba-lomba ‘mengajarkan’ pemirsa/ penontonnya untuk ikut mencobanya. Dengan segudang acara seperti reality show, sinetron, di film-film dan berbagai acara lainnya. Bayangkan hampir disetiap sinetron yang ada dan tayang di beberapa stasiun televise rata-rata menceritakan tentang adanya perselingkuhan.
"Selingkuh"
Memang benar perselingkuhan hari-hari belakangan ini memang marak, namun alangkah bijaknya jika dalam tayangan tersebut tidak perlu dibubuhi dengan cerita-cerita perselingkuhan tersebut, sebab secara tidak langsung ataupun langsung hal tersebut menunjukkan atau mengajarkan penonton/ pemirsanya untuk melakukannya.
Masih ingat beberapa waktu yang lalu ada seorang anak kecil yang melakukan percobaan bunuh diri, dia mengaku tahu caranya melakukan hal tersebut karena melihat beberapa tayangan televisi yang isinya ada adegan bunuh dirinya. Masih segar juga diingatan kita acara “Smack-Down” menimbulkan korban jiwa, dikarenaka penontonnya yang masih anak-anak menirukan adegan-adegan yang sungguh sangat berbahaya dan tidak untuk diperagakan oleh orang yang tidak terlatih.
Hal ini terjadi karena secara tidak sadar setiap acara yang dilihat/ ditonton akan kita rekam di otak kita.Dan secara tidak sadar kita akan di remote atau dikendalikan oleh apa yang terekam di otak tersebut.
Dan demikian pula kiranya dengan tayangan-tayangan tentang perselingkuhan. Semakin miris nasib bangsa ini yang terus dijejali acara-acara yang sama sekali tidak edukatif sama sekali.
Kita kembali ke pembahasan awal tentang perselingkuhan, selingkuh biasanya muncul dikarenakan adanya beberapa aspek/ hal yang tidak didapat (terpuaskan) dari pasangan baik perhatian, materi, kasih sayang, waktu, merasa tersakiti oleh pasangan dan hal-hal lain yang sifatnya sangat relatif atau karena adanya perasaan kecewa terhadap pasangan sehingga dia mencari pelampiasan dari rasa kecewa tersebut dengan mencari orang lain yang ‘dianggap’ dapat ‘menetralisir’ kekecewaan tersebut.
Ada juga orang yang melakukan perselingkuhan hanya untuk mencari sensasi lain. Ada ungkapan seperti ini “Coba makan tu jangan hanya sama ikan asin, kali-kali coba makan dengan ikan tongkol”.
Ungkapan ini jika diartikan/ atau diterjemahkan kedalam sebuah rumah tangga dalam artian ‘ranjang’ maka artinya, “Masa sih ga bosen dengan yang itu-itu aja coba sekali-sekali coba yang lain”. Ini dapat pula diartikan bahwa kadang seseorang itu butuh sensasi yang lain, atau juga karena sudah merasa jenuh dengan pasangannya.
Dan intinya setiap orang punya alasannya (alibi) tersendiri untuk melakukan perselingkuhan. Masih ingat lagunya Rio Febrian yang berjudul “Jenuh”, dalam lagu ini Rio bercerita bahwa alasan dia berselingkuh karena dia sudah merasa jenuh dengan pasangannya.
Didalam paragraf di atas saya menuliskan ‘terpuaskan’, ini realita bahwa ada beberapa teman saya yang kebetulan menjadi pelaku perselingkuhan menyatakan bahwa mereka melakukan perselingkuhan dikarenakan mereka merasa tidak ‘terpuaskan’ dengan ‘service’ dalam hal sex dari pasangannya.
Nah dari sini kita bisa tahu juga bahwa kebanyakan dari penyebab utama dari perselingkuhan adalah karena pasangannya itu sendiri.
Disini tugas pasangan adalah untuk bisa memberikan kepuasan kepada pasangannya. Baik dari segi pemuasan sex, perhatian, kasih sayang, waktu dan berbagai aspek lainnya.
Bahkan sampai hal-hal terkecil sekalipun seperti mengucapkan kata-kata pujian, kembali mengingat masa-masa indah dulu (nostalgia). Kadang kita juga memerlukan beberapa hal baru dalam berbagai hal, untuk menghindari rasa jenuh.
Sama seperti halnya dalam urusan makanan, kita memerlukan ‘variasi’ menu. ‘Variasi’ disini bukan berarti harus mencari pasangan baru untuk ‘variasi’, namun ‘variasi’ disini adalah kreatifitas kita dalam mengungkapkan kasih sayang terhadap pasangan kita. Dalam konteks yang lebih intim ‘variasi’ dimaksud adalah ‘variasi’ dalam hal hubungan sex. Ini penting!.
Kebanyakan dari pasangan mengabaikan hal ini. Mereka menganggap bahwa sex hanya merupakan hal kecil dan merupakan pelengkap saja dalam perkawinan. Ini njelas salah, karena sesungguhnya sex merupakan salah satu kebutuhan primer bagi pasangan yang sudah menikah.
Ada sebuah peribahasa “jadilah Pel***r bagi suami/ istrimu”. Ungkapan ini berarti lakukan apa saja untuk memuaskan pasangan kita. Selingkuh semestinya tidak perlu terjadi andai saja setiap pasangan (orang) mau menerima keadaan pasangannya masing-masing, baik kekurangannya terlebih kelebihannya.
Saya sempat ngobrol-ngobrol ringan dengan seorang rekan kerja tentang hal ini, ketika saya bertanya kepada dia tentang kenapa kebanyakan orang berselingkuh? Jawabannya sungguh membuat saya sedikit menaikan alis saya, dia berkata “selingkuh itu nikmat, den”. J
awaban yang sungguh polos, namun dari sini saya menyimpulkan bahwa ada sebagian orang yang berselingkuh hanya untuk mencari sensasi lain diluar rumah. Dari beberapa perbincangan yang saya lakukan dengan rekan kerja, temen-temen dan orang-orang disekitar saya, saya dapat satu point yang sangat penting dan menjadi inti dari permasalahan.
Yaitu, bahwa apapun, bagaimanapun, seperti apapun keadaan pasangan kita, apapun keinginan kita dengan sensasi yang ingin kita dapatkan, sesungguhnya kita tidak akan melakukan perselingkuhan anadai saja kita ‘tidak memiliki niat untuk melakukannya’. Coba kita telaah kata niat dalam kalimat tadi, niat menurut pemahaman saya adalah maksud atau keinginan untuk melakukan sesuatu.
Nah, kembali ke konteks perselingkuhan, seanadainya saja kita tidak memiliki niat, maksud ataupun keinginan untuk melakukannya maka kita tidak akan pernah melakukannya apapun alasannya. Selingkuh sesungguhnya merupakan sebuah perbuatan yang sangat jahat selain tentu saja ‘dosa’.
Saya katakan merupakan sebuah perbuatan yang sangat jahat karena sesungguhnya perselingkuhan akan menyakiti hati, perasaan, dan mengguncang jiwa orang yang kita selingkuhi. Banyak sekali rumah tangga yang hancur, rumah tangga yang berakhir dengan memprihatinkan, hubungan yang tak lagi harmonis bahkan tak lagi berlanjut ketika perselingkuhan tersebut terungkap.
Adalagi yang mengatakan bahwa salah satu alasan berselingkuh adalah hubungan jarak jauh (long-distance), secara emosional alasan ini bisa dibenarkan karena hubungan sesungguhnya akan sangat sempurna jika kita berdekatan. Namun ingat bahwa tidak semua orang beruntung bisa selalu berdekatan dengan pasangannya, terkadang ruang-waktu, dan jarak memisahkan. Justru disinilah kesetiaan pasangan benar-benar diuji.
Tidak banyak orang yang berhasil menjalani hubungan ini. Inti dari semua adalah perselingkuhan sesungguhnya tidak perlu terjadi andai saja semua pasangan mau dan berkomitmen untuk menerima pasangannya apa adanya, menerima kekurangan terlebih kelebihan pasangan kita. Karena sesungguhnya didunia ini tak ada satu pun orang yang dilahirkan dengan dengan sangat sempurna. Semua memiliki kelebihan terlebih kekurangan, hal ini perlu kita sadari benar.
Hal yang kedua, perselingkuhan tidak akan terjadi andai setiap orang punya niat yang kuat untuk tidak melakukan perselingkuhan itu. Semua memang kembali ke’niat’. Dalam agama yang saya peluk dan saya imani dikatakan bahwa “segala sesuatu itu tergantung pada niatnya”.
Ungkapan ini sangat dalam maknanya jika kita menghayatinya dengan sungguh-sungguh. Niat merupakan pangkal dari semua, orang tidak akan melakukan korupsi andai ia tidak memiliki niat untuk korupsi, begitupun selingkuh, orang tak akan berselingkuh andai ia tak punya niat/ memutuskan untuk berselingkuh.
Yang ketiga, bahwa kebanyakan dari perilaku perselingkuhan terjadi karena pasangan merasa kurang perhatian, kurang kasih sayang, kurang waktu, kurang komunikasi, dan segudang rasa kurang lainnya. Nah, disini tugas pasangan adalah memenuhi kekeurangan-kekurangan tersebut. Caranya tentu saja sangat relatif, saya tidak bisa memberi cara/ solusinya, namun satu hal yang sangat pasti adalah bahwa kita harus selalu menjaga komunikasi dengan pasangan, bahkan meningkatkannya.
Komunikasi yang buntu dapat menjadi masalah yang sangat besar dimana pun. Baik di perusahaan, maupun di rumah tangga. Setiap permasalahan akan cepat selesai andai saja komunikasi yang terjalin lancar. Termasuk dalam permasalahn rumah tangga, saya yakin jika komunikasinya lancar, masalah sepelik apa pun akan tuntas dan terselesaikan. Saya yakin kebanyakan orang yang terputus hubungannya di tengah jalan dikarenakan mereka tidak meng-intensifkan komunikasi dan berkomunikasi (membuka komunikasi) dua arah dengan pasangannya.
Yang keempat, menjadi pendengar yang baik sangat dianjurkan dan sangat baik. Pasangan akan sangat merasa senang ketika pasangannya mau mendengarkan ceritanya, keluh kesahnya. Banyak orang bisa jadi pembicara yang handal, namun sangat jarang sekali orang yang bisa menjadi pendengar baik.
Mendengarkan merupakan pekerjaan yang kadang sangat menjemukan, apabila kita melakukannya tidak dengan hati. Orang ada yang sanggup membayarkan mahal hanya untuk mendapatkan orang bisa mendengarkan curahan hatinya, unek-uneknya. Seorang pendengar yang baik pun akan dibayar oleh orang yang ber-curhat, contohnya adalah seorang Psikolog. Ia akan dibayar mahal terkadang hanya untuk mendengarkan keluh-kesah pasiennya. Untuk itu jadilah pendengar yang baik bagi pasangan kita. Kelima, lakukan ‘variasi’ baik dalam hubungan intim, maupun dalam hal mengungkapkan rasa sayang kita terhadap pasangan kita.
Jangan ragu untuk melakukannya (Edisi berikut TERKAIT dengan seseorang...)
maaf ini pengalamanku sendiri.
BalasHapus