Sabtu, 03 Oktober 2020

MENEMPUH JALAN LURUS

Ada 3 Orang Anak muda yang berasal dari kampung Boegis yang baru keluar dari penjara, sebutlah namanya ; DULLAH, AMIN dan RAHING.

 

Ketiganya bersahabat kental tingggal di Desa yang sama, bertetanggalah ceritanya...

 

Sejak mereka keluar dari penjara sangat aktif ke Masjid,

Sebulan sejak Rutinitas beribadah shalat dilakukan mereka saling curhat.
 

Amin    :      Alhamdulillah ..sejak keluar dari penjara saya merasa bersyukur.

Dullah  :      Iya saya lihat kamu sangat bersemangat dan ceria sekali AMin.

Rahing  :      Apa gerangan yang terjadi Amin ?

Amin    :      Wah....kalian berdua tidak dengar sejak sebulan kita rutin shalat di Masjid,  Pak Imam selalu menyebut namaku ? yang artinya Pak Imam mendoakan saya kepada Tuhan atas segala dosa-dosaku dan pasti saya dijamin masuk Surga.

Rahing  ;      Saya juga diawal shalat  kudengar pak Imam menyebut namaku tapi saya kira itu bukan doa tapi dia absen kita yang hadir tiap shalat.

Dullah  :      Ah itu kebetulan saja....

Dullah tiba-tiba pucat dan berpikir panjang, dalam hatinya betul juga kata dua temannya itu.

Mereka pasti masuk surga, saya jelas akan 
masuk neraka sendiri, pikir Dullah begitu.

Dullah terus berpikir bagaimana caranya pak Iman menyebut namanya juga ditiap shalatnya.

Seminggu setelah perbincangan temannya itu dia terus memikirkan nasibnya, percuma tiap saat shalat kalau pada akhirnya juga tetap masuk neraka. Gelisah dan resah menimpa dirinya.

Tiba-tiba di hari Jumat pagi dia seperti dapat akal, Dullah lansung kerumah pak Imam.

Dullah  :    Assalamu alaikum pak Imam...sy lansung saja sampaikan pada Pak  Iman yang baik hati dan terhormat, Tolong sebut juga namaku dalam shalat jumat sebentar biar semua orang dengar. Kalau sampai Pak Iman tidak menyebut namaku, biarkan saya kembali masuk penjara karena nyawamu akan saya kirim ke Neraka menemaniku nanti !

Dullah tak memberikan kesempatan pak Imam membalas salamnya, dengan egonya dan penuh ancaman merasa inilah jalan yang terbaik yang harus dilakukan untuk masuk surga seperti kedua temannya. Setelah ucapannya itu selesai dia lansung bergegas meninggalkan pak Iman yang penuh tanda tanya dihati dan pikirannya.

Seketika itu pula Dullah pergi mencari kedua temannya Amin dan Rahing dan mengajaknya segera ke Masjid menuggu shalat Jumat.

 

 

Dullah  :   Ayo kita cepat ke Masjid, hari ini adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupku karena Pak Imam juga akan menyebut namaku dalam shalat nanti dan memastikan diriku akan masuk surga ikut kalian.

Amin    :      Tidaklah mungkin itu terjadi Dullah

Rahing  :      iya Dullah, kita bertiga  hanya dua yang bisa masuk surga karena orang ketiga itu adalah setan, itu saya pernah dengar dari ustas.

Dullah  :   Tidak bisa begitu, kita tetap teman sejati, semua masuk surga atau semuanya masuk neraka, sekarang mari ke Masjid untuk membuktikannya.

Maka berangkat ketiganya ke Masjid. Dullah penuh harap dalam hatinya. Dia sudah persiapkan sebilah badik diselipkan dibalik gulungan sarung shalatnya, pikirnya bila pak Imam tak menyebut nama terpaksa iya akan membunuhnya.

badik diselipkan dibalik gulungan sarung shalatnya, pikirnya bila pak Imam tak menyebut nama terpaksa iya akan membunuhnya.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu,  setelah khutbah jumat selesai  para jamaah semua berdiri melaksanakan shalat 2 rakaat seperti biasanya. Dullah pas berdiri dibelakang Imam dengan rasa gelisah, khusyu sudah tiada, hanya penuh harap akan mendengar nama juga disebut dalam shalat nanti.

Imam    Allahu Akbar..... Bismilahi Rahmani

                 RAHIM

Rahing mengusap dada kalau dia tetap disebut namanya dan mulus masuk surga tanpa hambatan.

Pak Imam terus melanjutkan surah Alfatiha...

 

Imam    :           AlhamDULILLAHi rabbil alamin....

Dullah TERSENTAK ....namanya sedikit lagi, sudah hampir sama sebutan namanya, Pak Iman harus perjelas, begitulah pikiran yang berkecamuk dalam dirinya.

Pak Iman terus melanjutkan Alfatiha sampai diakhir ayat.

Pak Imam        : Gairil magdubi alaihim Waladdalliiin

Pak Imam tiba-tiba gemetar, dia ingat ancaman Dullah, karena sekilas sebelum berdiri shalat dibelakangnya adalah Dullah.

Dari pada saya mati mendingan saya ikut kemauan Dullah, itulah keputusan Pak Iman.

Pak Iman : Aamiiinnn,  eh Dulllah juuugaaaa.

Dullah  : Dulllah juuuuga, tarima kasih pak Imammmmm.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar